Senin, 13 Februari 2012

Dalil-dalil Maulid Nabi Muhammad SAW.

Seperti anda tau perayaan maulid itu sebuah kegiatan yang isinya tholabul ilmi, shodaqoh, dzikir dan taushiyah, nah anda pasti sangat faham dalil-dalil tentang tholabul ilmi, shodaqoh, dzikir dan taushiyah, sudah banyak bertebaran diseantero FB, silakan cari sendiri

Nah yang mnjadi masalah disini adalah bagaimanakah Dalil dari “PERAYAAN MAULID” benar tidak?
sampai – sampai anda menanyakan “MANA DALILNYA?”

Saya mungkin akan jelaskan sedikit, saya mulai dari suatu kaidah dalam ushul fiqh yang sering didengung- dengungkan oleh para Salafi,

“Asal semua ibadah adalah haram, sampai ada dalil yang menghalalkannya atau menyuruhnya”..

Nah dari kaidah ini sesuatu yang diangap ibadah selalu muncul pertanyaan “mana dalilnya?” karen sifat dari ibadah yang tauqif

Permasalahnya adalah utk ibadah apakah kaidah diatas ? Saya akan coba mengambil dari kitab,

الأصل في العبادات التوقيف

وفي هذه الليلة أود أن أقف عند قضية أساسية في العبادات جميعاً وهي قاعدة معروفة عند أهل العلم، ” أن الأصل في العبادات التوقيف ” كما “أن الأصل في المعاملات والعقود الإباحة”، وهذه قاعدة نفيسة ومهمة جداً ونافعة للإنسان، فبالنسبة للعبادات لا يجوز للإنسان أن يخترع من نفسه عبادةً لم يأذن بها الله عز وجل، بل لو فعل لكان قد شرع في الدين ما لم يأذن به الله، فلم يكن لأحدٍ أن يتصرف في شأن الصلاة أو الزكاة أو الصوم أو الحج زيادة أو نقصاً أو تقديماً أو تأخيراً أو غير ذلك، ليس لأحد أن يفعل هذا، بل هذه الأمور إنما تتلقى عن الشارع، ولا يلزم لها تعليل، بل هي كما يقول الأصوليون: غير معقولة المعنى، أو تعبدية، بمعنى أنه ليس في عقولنا نحن ما يبين لماذا كانت الظهر أربعاً، والعصر أربعاً، والمغرب ثلاثاً، والفجر ركعتين، ليس عندنا ما يدل على ذلك إلا أننا آمنا بالله جل وعلا، وصدّقنا رسوله صلى الله عليه وسلم، فجاءنا بهذا فقبلناه، هذا هو طريق معرفة العقائد وطريق معرفة العبادات، فمبناها على التوقيف والسمع والنقل لا غير، بخلاف المعاملات والعقود ونحوها، فإن الأصل فيها الإباحة والإذن إلا إذا ورد دليل على المنع منها، فلو فرض مثلاً أن الناس اخترعوا طريقة جديدة في المعاملة في البيع والشراء عقداً جديداً لم يكن موجوداً في عهد النبوة، وهذا العقد ليس فيه منع، ليس فيه رباً ولا غرر ولا جهالة ولا ظلم ولا شيء يتعارض مع أصول الشريعة، فحينئذٍ نقول: هذا العقد مباح؛

bahwa yang dinamakan ibadah sifatnya tauqif adalah sudah ditetapkan dan tidak boleh ditambah-tambah atau dikurangi atau mendahulukan atau melebihkan atau apapun itu….
Dan ini beda dengan muamalah yg asalnya boleh sampai ada dalil yg melarangnya… Nah sekarang kita lihat apakah sebenarnya ibadah tauqif itu….

التوقيف في صفة العبادة
العبادة توقيفية في كل شيء، توقيفية في صفتها -في صفة العبادة- فلا يجوز لأحد أن يزيد أو ينقص، كأن يسجد قبل أن يركع مثلاً أو يجلس قبل أن يسجد، أو يجلس للتشهد في غير محل الجلوس، فهيئة العبادة توقيفية منقولة عن الشارع

tauqifi dalam sifat ibadah
ibadah itu tauqifi dalam semua hal. dalam sifatnya,,,
maka tidak boleh untuk menambah dan megurangi. seperti sujud sebelum ruku’, atau duduk sebelum sujud, atau duduk tasyahud tidak pada tempatnya…oleh karena itu, yang namanya ibadah itu tauqifi dinuqil dari syari’ ( allah )

التوقيف في زمن العبادة
زمان العبادة توقيفي -أيضاً- فلا يجوز لأحد أن يخترع زماناً للعبادة لم ترد، مثل أن يقول مثلاً

tauqifi dalam waktu pelaksanaan ibadah , waktu pelaksanaan ibadah juga tauqifi. maka tidak boleh seseorang itu membuat buat ibadah di waktu tertentu yang syari’ tidak memerintahkannya.

التوقيف في نوع العبادة
كذلك لابد أن تكون العبادة مشروعة في نوعها، وأعني بنوعها أن يكون جنس العبادة مشروعاً، فلا يجوز لأحد أن يتعبد بأمر لم يشرع أصلاً، مثل من يتعبدون بالوقوف في الشمس، أو يحفر لنفسه في الأرض ويدفن بعض جسده ويقول: أريد أن أهذب وأربي وأروض نفسي مثلاً، فهذه بدعة!

tauqifi dalam macamnya ibadah, begitu juga ibadah juga harus disyaratkan sesuai dg syari’at..artinya termasuk dari jenis ibadah yang disyariatkan. maka tidak sah bagi orang yang menyembah sesuatu yang tidak disyariatkan, seperti menyembah matahari. atau memendam jasadnya sebagian sembari berkata : saya ingin melatih badanku misalkan. ini semua bid’ah.
التوقيف في مكان العبادة
كذلك مكان العبادة لابد أن يكون مشروعاً، فلا يجوز للإنسان أن يتعبد عبادة في غير مكانها، فلو وقف الإنسان -مثلاً- يوم عرفة بالـمزدلفة فلا يكون حجاً أو وقف بـمنى، أو بات ليلة المزدلفة بـعرفة، أو بات ليالي منى بالـمزدلفة أو بـعرفة، فإنه لا يكون أدّى ما يجب عليه، بل يجب أن يلتزم بالمكان الذي حدده الشارع إلى غير ذلك.

begitu juga tauqifi dalam tempat ibadah. maka ini juga harus masyru’. maka tidak boleh beribadah tidak pada tempat yang sudah disyari’atkan. seperti jika seseorang wukuf di muzdalifah, maka ini bukan haji. atau wuquf dimina, atau bermalam ( muzdalifah ) di ‘arafah, dan sebaliknya, maka ini semua bukanlah sesuatu yang masyru’. kita wajib melaksanakan ibadah sesuai tempat yang sudah disyari’atkan oleh syari’

Nah dari penjelasan kitab diatas dapat ditangkap 4 point, dan bila diperhatikan maka disitu didapat kesimpulan bahwa ibadah yang sifatnya tauqif itu adalah ibadah mahdoh… faham??
Jadi yg dimaksd ibadah dalam kaidah “Asal semua ibadah adalah haram, sampai ada dalil yang menghalalkannya atau menyuruhnya”.. adalah ibadah yang sifatnya mahdoh saja, bukan semua ibadah

Nah untuk bisa membedakannya ibadah harus dilihat wasail (perantara) dan maqoshidnya (tujuan)
Untuk ibadah yang sifatnya mahdoh Cuma ada maqoshid, sedangkan untuk goer mahdoh ada maqoshid ada wasail

Ok… langsung contoh saja….biar gampang, perhatikan baik-baik….

Sholat, sudah jelas karena ibadah yang dzatnya adalah ibadah, maka yang ada Cuma maqoshid (tujuan) tidak ada wasail

Anda menulis di FB, Kegiatan mnulis sendiri itu bukan ibadah maka hukumnya mubah. Tapi karena anda mengharapkan ridho Allah dalam rangka dakwah dengan jalan menulis di FB maka dalam Islam ini berpahala dan termasuk ibadah
(wasailnya anda menulis di FB, maqoshidnya mengharapkan ridho Allah dalam rangka berdakwah)
Tapi jika anda menganggap kegiatan menulis ini sebuah ibadah yang dzatnya adalah ibadah seperti ibadah mahdoh sudah pasti ini namanya bid’ah dholalah

Saya kasih contoh lagi, kegiatan pengajian dan tabligh, awalnya bentuk kedua kegiatan ini bukan ibadah dan tidak ada contoh dari rasul jadi hukumnya mubah, tapi karena isi dari kegiatan ini adalah ibadah macam (tholabul ilmi dan tauziyah atau bahkan dakwah) maka kegiatan pengajian dan tabligh insyaallah berpahala dan bernilai ibadah (wasailnya kegiatan pengajian dan tabligh, maqoshidnya mengharapkan ridho Allah dalam rangka holabul ilmi n berdakwah)
Sekali lagi jika anda menganggap kegiatan pengajian n tabligh ini sebuah ibadah yg dzatnya adalah ibadah seperti ibadah mahdoh sudah pasti ini namanya bid’ah dholalah

Begitu juga dengan maulid, maulid adalah wasail (perantara atau ada yang bilang sarana), maqoshidnya adalah mengenal Rasul dan mengagungkannya…

Bagaimanakah hukum awal dari Maulid? Jawabnnya adalah mubah boleh dilakukan boleh tidak
Tapi kenapa menjadi sunah?? Mnjadi sunah dikarenakan hukum maqoshidny adalah sunah (mengenal dan mengagungkan Rasul adalah Sunah) karena yang namanya hukum wasail itu mengikuti hukum maqoshid (Lil Wasail hukmul Maoshid) – ini adalah kaidah ushul fiqh

Contoh gampangnya untuk (Lil Wasail hukmul Maoshid), anda membeli air hukumnya mubah, mau beli atau gak, tidak ada masalah. Tapi suatu saat tiba waktu sholat wajib sedangkan air sama sekali tidak ada kecuali harus membelinya dan anda punya kemampuan uutuk itu maka hukum membeli air adalah wajib.

Kembali lagi ke maulid. Apakah maulid bisa menjadi sesuatu yang bid’ah (dholalah)? ya bisa jika anda menganggap maulid adalah sebuah ibadah yang dzatnya adalah ibadah seprti sholat wajib

Nah perlu saya garis bawahi pertanyaan – pertanyaan seperti, apakah dasar merayakan maulid?
^
^
INI ADALAH PERTANYAAN YANG SALAH. tidak ada ceritanya namanya wasail ada dalil qothinya,

contoh lagi biar lebih gampang mencerna :
anda beragkat ke bersekolah, ini adalah wasail, maqoshidnya tholabul ilmi, tapi karen tholabul ilmi itu hukumny wajib maka berangkat kesekolahpun menjadi wajib dan bernilai ibadah. Dalil yang ada adalah dalil teteng tholabul ilmi.

Bagaimanakah dalil yang menyuruh kita berangkat kesekolah? JELAS TIDAK ADA!! karena ini adalah wasail atau sarana
Begitupula dgn maulid, kalau anda tanya dalil maqoshidnya yaitu tetang mengenal dan mengagungkan Rasul ya pasti ada.
Tapi jika anda tanya dalil wasailnya, yaitu perayaan Maulid? JELAS TIDAK ADA!! karena ini adalah wasail atau sarana
sedikit tambahan, ini juga dasar kenapa bermadzab itu wajib hukumnya bagi kita, karena madzab adalah wasail, dan ini satu – satunya cara yang bisa dilakukan untuk mengerti agama ini, kita tidak mugkin bertanya langsung ke Rasulullah
sedangkn maqoshidnya agar kita bisa mengerti tetang agama islam sehingga kita bisa mengamalkannye dengan benar (hukumnya ini wajib). maka bermadzab menjadi wajib. kalau anda tanya mana dalil naqlinya secara leterleg yang menyuruh kita bermadzab? yaa tidak ada, lha wong bermadzab itu cuma wasail.

saya harap setelah ini wahabi salafi bisa belajar dan lebih mengerti sehingga tidak serampangan dalam bertanya..

Jangan sedikit – sedikit bertanya “MANA DALILNYA?” , tanpa tau sesuatu hal itu perlu dalil atau tidak ….

by : Kang UD
Sumber . http://blog.hoeda.info/mana-dalil-maulid-nabi/
               http://www.sarkub.com/2011/mana-dalil-maulid/